(Oleh Teten Rosyadi,
S.Th.I,M.Pd.I Pengajar Ulumul Qur’an di Pesantren Persatuan Islam 40 Sarongge)
Din Islam adalah din yang dibawa oleh
Nabi dan Utusan Allah Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam. Tidak ada seorang pun
yang berhak, mewakili Allah Sang Pemelihara manusia, membuat din yang mengatur kehidupan
mereka di dunia untuk tujuannya di akhirat.
Utusan hanyalah membawa dan menyampaikan pesan Tuhannya. Dia seorang manusia
biasa, karena dituntut untuk menjadi teladan pertama dari din tersebut. Andai saja
Allah mengutus malaikat untuk menjadi pendakwah din-Nya, maka ummat akan berkilah
tidak bisa mengikutinya karena tidak sederajat. Allah Ta’ala berfirman:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ
وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ [الأحزاب/40]
Artinya : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak
dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah(utusan Allah)
dan penutup nabi-nabi…” (Al-Ahzab:40).
Utusan tersebut diberikan bukti kenabiannya
yang dapat disaksikan dan dirasakan ummatnya semasa ia hidup, dikabarkan oleh pengikutnya
yang jujur pada generasi selanjutnya secara turun-temurun. Bahkan, keutamaan din
ini, dikuatkan lagi dengan bukti abadi, yaitu kemampuan dan pengaruh nabinya di
dunia yang paling istimewa. Tidak ada seorang pun pemimpin dalam sejarah dunia ini
yang lebih berpengaruh dari pada Rosululloh Muhammad shalallahu alaihi wasallam.
Hal ini bukan saja diakui oleh kaum muslimin, bahkan seorang nasrani pun menempatkannya
di peringkat pertama dari seratus orang paling berpengaruh di dunia. Dia bernama
oleh Michael H. Hart penulis buku Seratus
Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. ketika ia mengungkapkan alasannya menempatkan
Nabi Muhammad pada urutan pertama, ia menyatakan:
“Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad
dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan
sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang
pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang
berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang
lingkup duniawi”.
Beberapa bukti yang ia sebutkan diantaranya:
“Sebagian besar dari orang-orang yang
tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan
di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik
bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan
Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang
di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu
di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati.
Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya
baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang
janda berada. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak
petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.
Suku Bedewi punya tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang
tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan
dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara
dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah
orang pertama dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan,
pasukan Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan
dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru
Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi
Timur dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.
Dan di mana pun penaklukan dilakukan
oleh pasukan Muslim, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk Agama
Islam.
Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling
mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk
Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya
timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari
Nabi Isa dalam daftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya. Pertama, Muhammad
memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan
Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran
pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St.
Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis
bagian terbesar dari Perjanjian Lama.
Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam
lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu.
Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa
dalam sejarah kemanusiaan.
Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa)
Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan,
selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab,
pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.
Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang
bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang
yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja
bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada
di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa
Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal
bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan
dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok
berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang
apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya
daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum
masa Jengis Khan. (Michael H. Hart, 1978, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh
dalam Sejarah, Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982, PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta)
Din Islam adalah penutup dan pelengkap
din-din sebelumnya ditujukan untuk seluruh hamba-Nya bukan kaum Quraisy atau orang
Arab saja. Dengan din itu Allah menyempurnakan
nikmat-Nya dan meridhoinya, maka tidak akan diterima siapapun yang menganut agama
selainnya.
Allah berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي
وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا [المائدة/3]
Artinya : “… pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu dinmu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi din bagimu…”(Al-Maidah:3).
Firman-Nya yang lain:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَام [آل عمران/19]
Artinya : “Sesungguhnya din (yang diridhai) disisi
Allah hanyalah Islam…”(Ali Imran:19).
Pada kesempatan yang lain Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ
فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِين [آل عمران/85]
Artinya : “ Barangsiapa mencari agama selain din
Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di
akhirat Termasuk orang-orang yang rugi” (Ali Imran:85).
Dengan dalil ini jelaslah kesalahan orang yang menganggap ada kebenaran
lain selain yang ditunjukan din ini. Dalam pemetaan din, Islam hanya mengenal dua
din saja, yang pertama yang pasti benar yaitu Islam, dan yang kedua adalah agama-agama
bathil. Islam tidak mengakui klaim kebenaran kecuali yang datang dari Allah yang
Maha Tahu dan Maha bijaksana. Islam tidak mengenal doktrin pluralism agama yang
menolak klaim kebenaran dari manapun, karena dalam Islam klaim kebenaran itu hanya
milik Allah yang ada pada din yang diridhoi-Nya.
Bila hujjah ini dianggap tidak layak
karena berdasarkan wahyu yang hanya diimanai oleh kaum muslimin saja, sehingga atas
nama iman kaum non muslim pun bisa mengklaim hal yang sama, maka jawabannnya adalah
pada bukti-bukti keotentikannya. Sepanjang sejarah peradaban manusia belum ada satu
dokumen pun yang terjaga keotentikannya kecuali al-Qur’an. Al-Qur’an ditulis dan
dihapal ribuan orang sejak awal penurunannya hingga hari ini. Tulisan dan hapalan
Qur’an diseleksi, dipelajari dan dishahkan oleh setiap orang berilmu di masanya.
Bandingkan hal ini dengan dokumen ilmiah yang lahir sebelum abad 15, keasliannya
masih tetap dipertanyakan.
Demikian juga hadis Rosululloh – sebagaimana
al-Qur’an- telah terjaga keasliannya dengan metode paling kritis yang pernah digunakan
manusia di dunia ini. Bila bukti-bukti itu hanya dimilki din Islam dan tidak dimiliki
din-din yang lain, maka keyakinan mana yang lebih bisa dipercaya. Dengan demikian
jelaslah bahwa din yang Allah ridhoi yang akan ia terima hanyalah din Islam.
Sungguh Allah Ta’ala telah mewajibkan kepada seluruh manusia untuk menganut
din ini karena Allah, Dia berfirman ditujukan pada utusan-Nya shalallahu alaihi
wasallam:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ
فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ [الأعراف/158]
Artinya : “Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah
kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk"
(Al-A’raf:158).
Rosulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ
قَالَ « وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ
الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى
أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ ». صحيح مسلم
Artinya : Dari Abu Hurairah dari Rosulillah shalallahu alaihi wasallam bahwa
ia bersabda: “Demi Pemegang jiwa Muhammad! Tidak seorangpun
dari ummat ini baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar beritaku kemudian mati
tanpa beriman kepada risalah yang aku bawa, kecuali ia termasuk penghuni neraka”
(HR. Muslim. Kitab Iman No. 240)
Sedangkan beriman kepada risalah itu
artinya membenarkan risalah itu sambil menerima dan tunduk patuh, bukan sekedar
membenarkan saja. Oleh karena itu Abu Thalib tidak termasuk orang yang beriman pada Rosulillah salallahu alaihi
wasallam padahal ia membenarkan risalahnya dan menganggapnya din terbaik.
Din Islam ini mengandung seluruh kemaslahatan
yang dikandung din-din sebelumnya dan berbeda dengan din-din tersebut, din Islam
maslahat untuk setiap zaman, semua tempat dan semua bangsa. Allah Ta’ala berfirman
yang ditujukan padautusa-Nya shalallahu alaihi wasallam:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ
يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ [المائدة/48]
Artinya : “dan Kami telah turunkan kepadamu Al
Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang ada di antara dua tangannya,
Yaitu Kitab-Kitab dan menjadi ukuran (kebenaran)nya… “(Al-Maidah:48).
Adapun makan maslahat untuk setiap waktu,
semua tempat dan bangsa adalah bahwa berpegang teguh padanya tidak akan menghilangkan
kemaslahatan ummat di setiap waktu dan tempat, justru akan membuatnya maslahat.
Bukan dalam arti bahwa risalah itu harus tunduk pada waktu, tempat dan bangsa sebagaimana
yang diangankan sebagian orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar