Kamis, 28 April 2016

DIN ISLAM

(Oleh Teten Rosyadi, S.Th.I,M.Pd.I Pengajar Ulumul Qur’an di Pesantren Persatuan Islam 40 Sarongge)

Din Islam adalah din yang dibawa oleh Nabi dan Utusan Allah Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam. Tidak ada seorang pun yang berhak, mewakili Allah Sang Pemelihara manusia, membuat din yang mengatur kehidupan mereka di dunia untuk tujuannya di akhirat.  Utusan hanyalah membawa dan menyampaikan pesan Tuhannya. Dia seorang manusia biasa, karena dituntut untuk menjadi teladan pertama dari din tersebut. Andai saja Allah mengutus malaikat untuk menjadi pendakwah din-Nya, maka ummat akan berkilah tidak bisa mengikutinya karena tidak sederajat. Allah Ta’ala berfirman:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ [الأحزاب/40]
Artinya : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah(utusan Allah) dan penutup nabi-nabi…” (Al-Ahzab:40).
Utusan tersebut diberikan bukti kenabiannya yang dapat disaksikan dan dirasakan ummatnya semasa ia hidup, dikabarkan oleh pengikutnya yang jujur pada generasi selanjutnya secara turun-temurun. Bahkan, keutamaan din ini, dikuatkan lagi dengan bukti abadi, yaitu kemampuan dan pengaruh nabinya di dunia yang paling istimewa. Tidak ada seorang pun pemimpin dalam sejarah dunia ini yang lebih berpengaruh dari pada Rosululloh Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Hal ini bukan saja diakui oleh kaum muslimin, bahkan seorang nasrani pun menempatkannya di peringkat pertama dari seratus orang paling berpengaruh di dunia. Dia bernama oleh Michael H. Hart  penulis buku Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. ketika ia mengungkapkan alasannya menempatkan Nabi Muhammad pada urutan pertama, ia menyatakan:
“Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi”.
Beberapa bukti yang ia sebutkan diantaranya:
“Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.
Suku Bedewi punya tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah orang pertama dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi Timur dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.
Dan di mana pun penaklukan dilakukan oleh pasukan Muslim, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk Agama Islam.
Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalam daftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya. Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama.
Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.
Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.
Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan. (Michael H. Hart, 1978, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982,  PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta)
Din Islam adalah penutup dan pelengkap din-din sebelumnya ditujukan untuk seluruh hamba-Nya bukan kaum Quraisy atau orang Arab saja. Dengan din itu  Allah menyempurnakan nikmat-Nya dan meridhoinya, maka tidak akan diterima siapapun yang menganut agama selainnya.
Allah berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا [المائدة/3]
Artinya : “… pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu dinmu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi din bagimu…”(Al-Maidah:3).
Firman-Nya yang lain:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَام [آل عمران/19]
Artinya : “Sesungguhnya din (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…”(Ali Imran:19).
Pada kesempatan yang lain Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِين [آل عمران/85]
Artinya : “ Barangsiapa mencari agama selain din Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi” (Ali Imran:85).
Dengan dalil ini jelaslah kesalahan orang yang menganggap ada kebenaran lain selain yang ditunjukan din ini. Dalam pemetaan din, Islam hanya mengenal dua din saja, yang pertama yang pasti benar yaitu Islam, dan yang kedua adalah agama-agama bathil. Islam tidak mengakui klaim kebenaran kecuali yang datang dari Allah yang Maha Tahu dan Maha bijaksana. Islam tidak mengenal doktrin pluralism agama yang menolak klaim kebenaran dari manapun, karena dalam Islam klaim kebenaran itu hanya milik Allah yang ada pada din yang diridhoi-Nya.
Bila hujjah ini dianggap tidak layak karena berdasarkan wahyu yang hanya diimanai oleh kaum muslimin saja, sehingga atas nama iman kaum non muslim pun bisa mengklaim hal yang sama, maka jawabannnya adalah pada bukti-bukti keotentikannya. Sepanjang sejarah peradaban manusia belum ada satu dokumen pun yang terjaga keotentikannya kecuali al-Qur’an. Al-Qur’an ditulis dan dihapal ribuan orang sejak awal penurunannya hingga hari ini. Tulisan dan hapalan Qur’an diseleksi, dipelajari dan dishahkan oleh setiap orang berilmu di masanya. Bandingkan hal ini dengan dokumen ilmiah yang lahir sebelum abad 15, keasliannya masih tetap dipertanyakan.
Demikian juga hadis Rosululloh – sebagaimana al-Qur’an- telah terjaga keasliannya dengan metode paling kritis yang pernah digunakan manusia di dunia ini. Bila bukti-bukti itu hanya dimilki din Islam dan tidak dimiliki din-din yang lain, maka keyakinan mana yang lebih bisa dipercaya. Dengan demikian jelaslah bahwa din yang Allah ridhoi yang akan ia terima hanyalah din Islam.
Sungguh Allah Ta’ala telah mewajibkan kepada seluruh manusia untuk menganut din ini karena Allah, Dia berfirman ditujukan pada utusan-Nya shalallahu alaihi wasallam:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ [الأعراف/158]
Artinya : “Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk" (Al-A’raf:158).
Rosulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ ». صحيح مسلم
Artinya : Dari Abu Hurairah dari Rosulillah shalallahu alaihi wasallam bahwa ia bersabda: “Demi Pemegang jiwa Muhammad! Tidak seorangpun dari ummat ini baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar beritaku kemudian mati tanpa beriman kepada risalah yang aku bawa, kecuali ia termasuk penghuni neraka” (HR. Muslim. Kitab Iman No. 240)
Sedangkan beriman kepada risalah itu artinya membenarkan risalah itu sambil menerima dan tunduk patuh, bukan sekedar membenarkan saja. Oleh karena itu Abu Thalib tidak termasuk orang  yang beriman pada Rosulillah salallahu alaihi wasallam padahal ia membenarkan risalahnya dan menganggapnya din terbaik.
Din Islam ini mengandung seluruh kemaslahatan yang dikandung din-din sebelumnya dan berbeda dengan din-din tersebut, din Islam maslahat untuk setiap zaman, semua tempat dan semua bangsa. Allah Ta’ala berfirman yang ditujukan padautusa-Nya shalallahu alaihi wasallam:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ [المائدة/48]
Artinya : “dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang ada di antara dua tangannya, Yaitu Kitab-Kitab dan menjadi ukuran (kebenaran)nya… “(Al-Maidah:48).
Adapun makan maslahat untuk setiap waktu, semua tempat dan bangsa adalah bahwa berpegang teguh padanya tidak akan menghilangkan kemaslahatan ummat di setiap waktu dan tempat, justru akan membuatnya maslahat. Bukan dalam arti bahwa risalah itu harus tunduk pada waktu, tempat dan bangsa sebagaimana yang diangankan sebagian orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar