History Pesantren Persis 40 Sarongge
Pada Tahun 1991, H. Taufieq Hidayat (meninggal
30 April 2011 M) mengadakan musyawarah bersama sebuah kelompok pengajian santri
Pesantren Persatuan Islam 1 Pajagalan Bandung yang bernama Ikhwanul Haq atas bimbingan
ust. Hazmiludi. Musyawarah tersebut membahasa tentang pendirian Pesantren Persatuan
Islam 40 Sarongge. Pada tahun 1996 dimulailah proses pendirian tersebut dengan mulai
membangun tiga ruang kelas. Belum tuntas pembangunan ketiga ruang kelas tersebut
, pada awal tahun 1997 mulai membangun tiga ruang kelas di samping masjid Al Fajar.
Setelah selesai pembangunan tiga ruang kelas tersebut , pada bulan Juli 1997 dimulailah
kegiatan pendidikan dengan jenjang tazhiziyah
Pada tahun 2004 dalam suatu musyawarah
cabang Persatuan Islam Pamulihan memandang perlu untuk mendirikan jenjang Aliyah,
sehingga pada tahun tersebut diusulkan pendirian Mu’allimin (Madrasah aliyah) ke
Pimpinan Pusat Persis di Bandung. Pada tahun yang sama Bidang Garapan Pendidikan
Dasar dan Menengah PP Persis memutuskan kelayakan Pesantren Persis 40 Sarongge untuk
mendirikan tingkat Muallimin, sekaligus melantik
Bapak Muhammad Shogir, S.Psi sebagai Mudir (Kepala Madrasah MA Persis 40 Sarongge).
Visi Pesantren Persis 40 Sarongge
Pesantren Persis 40 Sarongge menyelenggarakan
pendidikan untuk mencapai sebuah misi penyelenggaraan pendidikan. Adapun visi Pesantren
Persis 40 Sarongge adalah “Terwujudnya Pesantren yang Unggul dan Tafaqquh Fiddin”.
Berdasarkan visi dapat disusun indikator sebagai berikut.
1.
Unggul
dalam perolehan prestasi akademik dan non akademik
2.
Unggul
dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
3.
Unggul
dalam aktivitas keagamaan
4.
Unggul
dalam akhlakul karimah
5.
Unggul
dalam beribadah sesuai Al Qur’an dan As-sunnah
6.
Memiliki
ilmu dan wawasan Islam yang luas sesuai tingkatan remaja
Misi Pesantren Persis 40 Sarongge
Untuk mencapai visi dirumuskan, Pesantren
Persis 40 Sarongge menempuh misi-misi sebagai berikut.
1.
Mendidik
dan membina peserta didik dalam proses pendidikan integral sebagai bagian dari pendidikan
yang tsumuly (holistik) dan berkarakter.
2.
Memadukan
sistem pembelajaran madrasah dan sistem pendidikan pesantren yang bertumpu pada
sikap akhlak mulia dan budaya menuntut ilmu yang terus-menerus.
3.
Memberi
pemahaman dan bimbingan kepada peserta didik mengenai prinsip-prinsip ajaran Islam
yang sesuai dengan Al Qur’an dan As-sunnah.
4.
Mendorong
dan membimbing peserta didik dalam menciptakan budaya prestasi, baik dalam proses
pembelajaran maupun dalam kehidupan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar